Catatan Materi Bahasa Indonesia

Catatan Materi Bahasa Indonesia

Minggu, 28 April 2013

Pengunaan Tanda Titik, Koma, dan Tanda Kutip


  1. Tanda Titik ( . )
  1. Tanda titik digunakan pada akhir kalimat yang bukan kalimat tanya atau seruan.
Misalnya:
Di atas kue itu ada enam batang lilin.
Aku tinggal di Serang.

  1. Tanda titik digunakan pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan singkatan yang sudah lazim.
Misalnya:
Dr. (Doktor)                           Prof. (Profesor)
dr. (Dokter)                           a.n. (atas nama)
Yth. (Yang terhormat)          dll. (dan lain-lain)

  1. Tanda titik digunakan di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
Misalnya:
II. Hak dan Kewajiban Guru
A. Depertemen Dalam Negeri
1. Patokan Umum

  1. Tanda titik digunakan untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukan waktu.
Misalnya:
Pukul 12.30  (pukul 12 lewat 30 menit)
Dia mampu mencapai tempat ini dengan berlari dalam waktu 01.25.36 (satu jam dua puluh lima menit tiga puluh enam detik)

  1. Tanda titik digunakan untuk memisahkan angka ribuan, jutaan,  dan seterusnya yang menyatakan jumlah.
Misalnya:
1.250 (seribu dua ratus lima puluh)
Lomba itu diikuti 125. 000 peserta dari seluruh Indonesia.

Apabila tidak menunjukan jumlah maka tidak menggunakan tanda titik, misalnya:
a)      Pada halaman 1025 dalam buku ini membahas tentang alinea.
b)     Beliau lahir pada tahun 1920 di Surabaya.

  1. Tanda titik digunakan di antara nama  penulis, judul tulisan (yang tidak diakhiri tanda tanya atau tanda seru), dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Keraf, Gorys. 1994. Komposisi. Ende: Nusa Indah.

  1. Tanda Koma ( , )
  1. Tanda koma digunakan di antara unsur-unsur perincian atau pembilangan.
Misalnya:
Saya membeli tas, pena, pensil, dan penggaris.
Cangkul, sabit, golok, dan topi caping selalu dibawa pak Maman jika hendak pergi ke ladang.

  1. Tanda koma digunakan untuk memisahkan anak kalimat atau keterangan dengan induk kalimat jika mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:
Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.
Dengan hati-hati, ia mengendap-endap ke benteng musuh.

  1. Tanda koma digunakan untuk memisahkan petikan langsung dengan bagian lain dalam kalimat.
Misalnya:
”Saya kurang enak badan,” kata Lina, ”mungkin karena kehujanan.”
Ririn berkata, ”Saya merasa senang kau datang ke sini.”

  1. Tanda koma digunakan di antara nama dan gelar yang mengikutinya.
Misalnya:
Eka Novianti, S.Pd.
Ibrohim Jabar Noor, M.Pd.

C. Tanda Petik/kutip
Tanda kutip biasanya dilambangkan dengan ( ”....” ) atau ( ’....’ ) dan dipergunakan dalam hal-hal berikut.

      1.      Tanda petik digunakan dalam teks percakapan yaitu pada ucapan pelaku percakapan.
Misalnya:
Muksin          : ”Bagaimana teman-teman, ada usulan lain?”
H. Akin          : ”Saya sependapat dengan usulan Pak Andi tadi, gunakan
alat seadanya saja sambil menunggu bantuan dari  pemerintah datang.”

      2.      Tanda petik digunakan untuk mengapit ucapan langsung dalam kalimat langsung.
Misalnya:
”Kamu harus lebih rajin lagi baca buku Mir, supaya wawasanmu bertambah luas.” kata Pak Subhan kepada Amir.
”Saya belum siap,” kata Lia, ”tunggu sebentar!”

     3.      Tanda petik digunakan untuk mengapit judul (buku, lagu, puisi, lukisan), karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Misalnya:
Memi senang sekali membaca buku ”Laskar Pelangi” karya Andrea Hirata.
Lagu ”Baik-baik Sayang” yang dinyanyikan grup band Wali memecahkan rekor Muri bahkan rekor dunia karena menjadi lagu dengan pengguna RBT terbanyak.

      4.      Tanda kutip tunggal ( ’....’ ) digunakan untuk mengapit kutipan dalam kutipan sebuah kutipan.
Misalnya:
”Aku mendengar bunyi ’bruk’ di ujung gang itu,” kata Firman.
”Ketika aku pulang, anaku langsung memeluku dan berkata ’Ayah kemana saja ko baru pulang’ mataku kembali berair,” kata Hamdan.

Sabtu, 27 April 2013

Penggunaan Huruf Kapital dan Huruf Miring (cetak miring)


A.    Pemakaian Huruf Kapital
1.      Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama pada awal kalimat.
Misalnya:
Kemana dia pergi?
Rumah itu hancur diterjang banjir.

2.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pada petikan/kutipan langsung.
Misalnya:
Apa yang kamu bawa?” tanya Ayah.
Eni berkata, ”Beristirahatlah dulu di sini!”

3.      Huruf kapital ditempatkan sebagai huruf pertama pada ungkapan yang berhubungan dengan nama tuhan dan kitab suci.
Misalnya:
Allah                                      Islam
Yang Mahakuasa                 Kristen
Yang Maha Esa                    Weda

4.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pada gelar (kehormatan, keturunan, dan keagamaan) dan nama jabatan serta pangkat yang diikuti nama orang.
Misalnya:
Haji Agus Salim                               Presiden Soekarno
Sultan Ageng Tirtayasa                  Profesor Yoyo Mulyana
Nabi Muhammad                            Gubernur Joko Widodo
Jenderal Timur Pradopo                Laksamana Husein

Huruf kapital tidak digunakan pada gelar (kehormatan, keturunan, dan keagamaan) dan nama jabatan serta pangkat yang tidak diikuti nama orang.
Misalnya:
Tahun ini dia akan pergi haji
Dia anak seorang jenderal

5.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang .
Misalnya:
Wage Rudolf Supratman                          
Taufik Ismail                                               
Susilo Bambang Yudhoyono       

6.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bahasa, semua unsur nama negara, dan lembaga pemerintahan serta nama dokumen resmi.
Misalnya:
bangsa Melayu                     Republik Indonesia
suku Batak                            Majelis Permusyawaratan Rakyat
bahasa Sunda                       Keputusan Presiden Republik Indonesia ...

7.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pada nama hari, bulan, tahun, hari raya, dan peristiwa sejarah.
Misalnya:
bulan Januari                        hari Natal
bulan Muharam                   tahun Hijriah
hari Jumat                             Proklamasi  Kemerdekaan Indonesia
hari raya Idul Fitri               Perang Uhud

8.      Huruf  kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
Misalnya:
Asia Tenggara                      Jakarta
Serang                                    Terusan Suez
Gunung Semeru                  Danau Toba

B.     Pemakaian Huruf Miring
1.      Huruf miring/cetak miring dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya:
Pendapatnya dituliskan dalam surat kabar Kompas hari Minggu kemarin.
buku Negarakertagama karangan parapanca

2.      Huruf miring/cetak miring dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan kata, bagian kata, atau kelompok kata.
Misalnya:
Buatlah dua buah aktif kalimat dengan kata memakai!
Cara meramu obat ini tidak sembarangan karena butuh ketelitian dan kesabaran.

3.      Huruf miring/cetak miring dipakai untuk menuliskan kata ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang sudah disesuaikan ejaannya.
Misalnya:
Nama ilmiah buah manggis adalah Gracinia Mangostana.



Pustaka Acuan:

Keraf, Gorys. 1994. Komposisi. Ende: Nusa Indah.
Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia
Waridah, Ernawati. 2008.EYD dan Seputar Kebahasa-Indonesiaan. Jakarta. Kawan Pustaka.
Zainurrahman. 2011. Menulis: Dari Teori Hingga Praktik (Penawar Racun Plagiarisme). Bandung: Alfabeta.

Laporan KKM (2010; Maja Lebak Banten)

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam era globalisasi saat ini, penggalian sumber daya manusia (SDM) sangat diperlukan agar dapat menghasilkan bibit – bibit pembangunan yang berkompeten dan berkualitas. Salah satu cara penggalian sumber daya manusia adalah melalui pendidikan. Tidak semua masyarakat Indonesia memperoleh pendidikan yang layak. Pemerintah sebagai motor penggerak pembangunan saat ini masih belum mampu merealisasikan pemerataan pendidikan. Pemerataan pendidikan adalah hak setiap warga negara, selain pemerataan pendidikan, kesehatan pun merupakan hak setiap warga negara karena hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Pembangunan nasional ini bukan hanya pembangunan secara fisik melainkan juga harus diikuti oleh pembangunan yang bersifat non fisik yang meliputi pembangunan dalam aspek ideologi, politik, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan. Aspek-aspek tersebut harus dibangun secara seimbang dan sinergis untuk menciptakan keharmonisan hidup
Untuk menyikapi hal tersebut, maka lembaga pendidikan berkewajiban menciptakan manusia – manusia yang berkualitas dan perguruan tinggi adalah salah satu media untuk menggalinya. Mahasiswa sebagai produk perguruan tinggi dan insan yang displin ilmu pengetahuan diharapkan dapat membangun diri sendiri, masyarakat dan lingkungan.

Sebagai insan berpengetahuan maka mahasiswa seharusnya ikut terlibat dalam melaksanakan dan mempersiapkan diri memecahkan permasalahan di masyarakat. Aktivitas mahasiswa dalam menunjang keberhasilan pembangunan menggunakan pendekatan secara professional dan secara integral. Pengabdian mahasiswa kepada masyarakat diharapkan dapat membantu dan meringankan beban masyarakat.
Pendidikan yang menunjang kesejahteraan masyarakat seharusnya menjadi prioritas utama pemerintah dalam membangun SDM yang akan bersaing di era globalisasi dewasa ini. Namun, masih banyaknya masyarakat yang belum menikmati pendidikan bahkan banyak yang buta aksara sepertinya akan menjadi kendala besar pemerintah dalam mencapai tujuan nasional, ditambah lagi dengan derasnya arus informasi yang tak terbendung.
Hal tersebut tentu mendorong eksistensi kita sebagai warga negara yang memiliki prinsip kerja sama dan gotong royong untuk turut serta mewujudkan pemerataan pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan minimal di daerah kita sendiri yakni propinsi Banten. Kurangnya pemerataan pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan hidup di Banten terlihat dari banyaknya penduduk yang berada di pedalaman kabupaten di Banten terutama di desa Buyut Mekar Kec. Maja Lebak - Banten belum mendapat layanan dan fasilitas pendidikan serta kesehatan yang memadai dari pemerintah setempat. Akibatnya banyak masyarakat yang tidak dapat melanjutkan sekolah bahkan putus sekolah dan kurang memperhatikan pentingnya kesehatan.
Kami civitas akademika Universitas Sultan Ageng Tirtayasa menganggap perlu adanya sosialisasi dan kerjasama antara mahasiswa, masyarakat serta para instansi yang terkait untuk membantu masyarakat yang masih tertinggal dalam hal kesehatan, ekonomi, dan pendidikan, melalui program Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM). Oleh karena itu, kami selaku bagian dari civitas akademika yang juga merupakan bagian dari masyarakat, merasa memiliki tanggung jawab besar dalam mengembangkan potensi masyarakat pedesaan terutama dalam hal pendidikan.